Loading... Surat An-Nūr The Light - سورة النور Sahih InternationalAllah is the Light of the heavens and the earth. The example of His light is like a niche within which is a lamp, the lamp is within glass, the glass as if it were a pearly [white] star lit from [the oil of] a blessed olive tree, neither of the east nor of the west, whose oil would almost glow even if untouched by fire. Light upon light. Allah guides to His light whom He wills. And Allah presents examples for the people, and Allah is Knowing of all things.Paragrafdi atas merupakan Surat An-Nur Ayat 38 dengan text arab, latin dan artinya. Ada sekumpulan penjelasan dari banyak ahli tafsir terhadap kandungan surat An-Nur ayat 38, antara lain seperti di bawah ini: Supaya Allah memberikan balasan kepada mereka dengan balasan yang lebih baik dari amal perbuatan mereka dan menambahi mereka dari
۞ اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌۗ اَلْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍۗ اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَّلَا غَرْبِيَّةٍۙ يَّكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْۤءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۗ نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍۗ يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ۙ النّور ٣٥Allah adalah pemberi cahaya, karenanya Dia menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi cahaya bagi kehidupan manusia. Allah adalah pemberi cahaya pada langit dan bumi, baik cahaya material yang kasat mata maupun cahaya immaterial seperti keimanan, pengetahuan, dan lainnya. Perumpamaan kecerlangan cahaya-Nya yang menerangi hati orang-orang mukmin seperti sebuah lubang yang tidak tembus sehingga tidak diterpa angin yang dapat memadamkan cahaya, dan membantu mengumpulkan cahaya lalu memantulkannya; yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca dan tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, yaitu pohon zaitun, yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, sehingga pohon itu selalu mendapat sinar matahari sepanjang hari. Kejernihan minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, berlapis-lapis; pelita adalah cahaya, demikian pula kaca dan minyak yang begitu jernih, sehingga sempurnalah sinarnya. Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, yaitu siapa saja yang mengikuti petunjuk Al-Qur’an, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia agar mereka mudah memahami kandungannya dan mengambil pela-jaran darinya hingga akhirnya mau beriman. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu; tidak ada sedikit pun yang tersembunyi dari-Nya.Allah cahaya langit dan bumi yakni pemberi cahaya langit dan bumi dengan matahari dan bulan. Perumpamaan cahaya Allah sifat cahaya Allah di dalam kalbu orang Mukmin adalah seperti misykat yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca yang dinamakan lampu lentera atau Qandil. Yang dimaksud Al Mishbah adalah lampu atau sumbu yang dinyalakan. Sedangkan Al Misykaat artinya sebuah lubang yang tidak tembus. Sedangkan pengertian pelita di dalam kaca, maksudnya lampu tersebut berada di dalamnya kaca itu seakan-akan cahaya yang terpancar darinya bintang yang bercahaya seperti mutiara kalau dibaca Diriyyun atau Duriyyun berarti berasal dari kata Ad Dar'u yang artinya menolak atau menyingkirkan, dikatakan demikian karena dapat mengusir kegelapan, maksudnya bercahaya. Jika dibaca Durriyyun dengan mentasydidkan huruf Ra, berarti mutiara, maksudnya cahayanya seperti mutiara yang dinyalakan kalau dibaca Tawaqqada dalam bentuk Fi'il Madhi, artinya lampu itu menyala. Menurut suatu qiraat dibaca dalam bentuk Fi'il Mudhari' yaitu Tuuqidu, menurut qiraat lainnya dibaca Yuuqadu, dan menurut qiraat yang lainnya lagi dapat dibaca Tuuqadu, artinya kaca itu seolah-olah dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah Timur dan pula tidak di sebelah Barat akan tetapi tumbuh di antara keduanya, sehingga tidak terkena panas atau dingin yang dapat merusaknya yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api mengingat jernihnya minyak itu. Cahaya yang disebabkannya di atas cahaya api dari pelita itu. Makna yang dimaksud dengan cahaya Allah adalah petunjuk-Nya kepada orang Mukmin, maksudnya hal itu adalah cahaya di atas cahaya iman Allah membimbing kepada cahaya-Nya yaitu kepada agama Islam siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat yakni menjelaskan perumpamaan-perumpamaan bagi manusia supaya dapat dicerna oleh pemahaman mereka, kemudian supaya mereka mengambil pelajaran daripadanya, sehingga mereka mau beriman dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu antara lain ialah membuat perumpamaan-perumpamaan ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi. An Nuur35 Yakni Pemberi petunjuk kepada penduduk langit dan bumi. Ibnu Juraij mengatakan bahwa Mujahid dan Ibnu Abbas telah meriwayatkan sehubungan dengan makna firman-Nya Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi. An Nuur35 Yaitu Yang mengatur urusan yang ada pada keduanya, bintang-bintangnya, mataharinya, dan Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Umar ibnu Khalid Ar-Ruqi, telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu Rasyid, dari Furqud, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah berfirman, "Cahaya-Ku adalah petunjuk." Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Jarir. Abu Ja'far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b sehubungan dengan makna firman-Nya Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah. An Nuur35 Bahwa yang dimaksud adalah orang mukmin yang Allah telah menjadikan iman dan Al-Qur'an tertanam di dadanya. Maka Allah membuat perumpamaannya melalui firman-Nya Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi. An Nuur35 Allah memulainya dengan menyebut cahaya-Nya sendiri, kemudian menyebut cahaya orang mukmin. Untuk itu Allah berfirman, "Perumpamaan cahaya orang yang beriman kepada-Nya." Perawi mengatakan bahwa Ubay ibnu Ka'b membaca ayat ini dengan bacaan berikut, "Perumpamaan cahaya orang yang beriman kepada-Nya," dia adalah orang mukmin tertanam di dadanya iman dan Al-Qur'an. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Sa'id ibnu Jubair dan Qais ibnu Sa'd, dari Ibnu Abbas, bahwa dia membacanya dengan bacaan ini, yaitu "Perumpamaan cahaya orang yang beriman kepada Allah."Sebagian ulama ada yang membacanya, "Allah Pemberi cahaya langit dan bumi." Diriwayatkan dari Ad-Dahhak sehubungan dengan makna firman-Nya Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi. An Nuur35, Juga dari As-Saddi sehubungan dengan makna firman-Nya Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi. An Nuur35 Yakni dengan cahaya-Nya, maka teranglah langit dan bumi. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Ishaq di dalam kitab As-Sirah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. ketika disakiti oleh penduduk Taif mengucapkan dalam doanyaAku berlindung kepada cahaya Zat-Mu yang menyinari semua kegelapan, dan membuat baik urusan dunia dan akhirat, janganlah Engkau timpakan kepadaku murka-Mu, hanya kepada Engkaulah kami mengadrt hingga Engkau rida. Dan tiada daya upaya serta tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan dalam kitab Sahihain disebutkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw. apabila bangun mengerjakan salatul lail-nya, beliau mengucapkan doa berikutYa Allah, Engkaulah segala puji, Engkau adalah Cahaya langit dan bumi serta semua makhluk yang ada pada keduanya. Dan hanya bagi Engkaulah segala puji, Engkau adalah Yang Maha Mengatur langit dan bumi serta semua makhluk yang ada dari sahabat Ibnu Mas'ud, bahwa ia pernah mengatakan, "Sesungguhnya di sisi Tuhan kalian tidak ada malam dan tidak pula siang, cahaya 'Arasy adalah berasal dari cahaya Zat-Nya." Firman Allah Swt.Perumpamaan cahaya Allah. An Nuur35Mengenai rujukan damir ini ada dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa damir Nurihi kembali kepada Allah Swt. sebagai tamsil yang menggambarkan hidayah Allah di dalam kalbu orang mukmin adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus. Demikianlah menurut pendapat Ibnu kedua, damir itu kembali kepada orang mukmin karena tersimpulkan dari konteks ayat. Bentuk lengkapnya ialah, "Perumpamaan cahaya orang mukmin yang ada di dalam kalbunya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus." Maka kalbu orang mukmin yang telah tertanam di dalamnya keimanan dan Al-Qur'an yang diterimanya sesuai dengan fitrah dalam dirinya, seperti yang diungkapkan dalam ayat lain melalui firman-NyaApakah orang-orang kafir itu sama dengan orang-orang yang ada mempunyai bukti nyata Al-Qur'an dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi Muhammad dari Allah. Huud17diserupakan dalam hal kejernihannya dengan lentera yang terbuat dari kaca yang tembus pandang lagi berkilauan. Sedangkan hidayah yang diterimanya dari Al-Qur'an dan syariat agama diserupakan dengan minyaknya yang baik, jernih, bercahaya, dan sesuai, tiada kekeruhan padanya, tiada pula penyimpangan. Firman Allah Swt.seperti sebuah lubang yang tak tembus. An Nuur35Ibnu Abbas, Mujahid, Muhammad ibnu Ka'b, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan misykat ialah tempat lentera, ini menurut pendapat yang terkenal. Karena itu, disebutkan sesudahnyayang di dalamnya ada pelita besar. An Nuur35Yakni pelita yang menyala. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. An Nuur35 Ketika orang-orang Yahudi berkata kepada Nabi Muhammad Saw., "Bagaimanakah cahaya Allah dapat menembus dari balik langit?" Maka Allah membuat perumpamaan bagi cahaya-Nya itu melalui firman-Nya Allah Pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus. An Nuur35 Yang dimaksud dengan misykat ialah lubang yang ada di tembok rumah tetapi tidak tembus, digunakan untuk tempat lentera. Ibnu Abbas mengatakan bahwa ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk menggambarkan ketaatan kepada-Nya. Allah menamakan ketaatan kepada-Nya sebagai cahaya, kemudian memisalkannya pula dengan jenis-jenis yang Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa misykat adalah lubang menurut bahasa Habsyah. Sebagian dari mereka menambahkan bahwa misykat adalah lubang yang tak dari Mujahid, bahwa misykat ialah besi gantungan lampu besar. Tetapi pendapat yang pertamalah yang paling utama, yaitu yang mengatakan bahwa misykat adalah tempat lampu. Karena itulah disebutkan sesudahnya yang di dalamnya ada pelita besar. An Nuur35 Yakni cahaya yang ada dalam lampu itu. Ubay ibnu Ka'b mengatakan bahwa yang dimaksud dengan misbah ialah cahaya, ini merupakan perumpamaan bagi Al-Qur'an dan iman yang ada di dalam dada orang mengatakan, yang dimaksud dengan misbah ialah itu di dalam kaca. An Nuur35Yakni cahaya itu terpancarkan dari balik kaca yang jernih. Ubay ibnu Ka'b dan lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa ini merupakan perumpamaan bagi kalbu orang mukmin.dan kaca itu seakan-akan bintang yang bercahaya. An Nuur35Sebagian ulama membacanya durrin tanpa memakai hamzah, berasal dari ad-durr, yakni seakan-akan kaca itu adalah bintang permata yang bercahaya. Sedangkan ulama lainnya membacanya dir'an atau dur'un, berasal dari dur'un yang artinya terdorong. Demikian itu karena bintang bila terlemparkan, maka cahayanya sangat terang melebihi saat diamnya. Dan orang-orang Arab menamakan bintang yang tidak dikenal dengan sebutan ibnu Ka'b mengatakan, makna yang dimaksud ialah bintang yang bercahaya terang. Sedangkan menurut Qatadah, makna yang dimaksud ialah bintang yang terang jelas lagi dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya. An Nuur35Yakni bahan bakarnya dari minyak zaitun, yang merupakan pohon yang banyak berkahnya.yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya. An Nuur35Lafaz zaitunah berkedudukan sebagai badal atau 'ataf bayan. Yakni pohon zaitun tersebut tumbuh bukan di belahan timurnya yang akibatnya sinar mentari pagi tidak dapat sampai kepadanya, tidak pula tumbuh di belahan baratnya yang akibatnya ada bagian darinya yang tidak terkena sinar mentari di saat matahari condong ke arah barat. Akan tetapi, ia tumbuh di daerah pertengahan yang selalu terkena sinar mentari sejak pagi hari sampai petang hari, sehingga minyak yang dihasilkannya jernih, baik dan Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ammar yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Sa'd, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abu Qais, dari Sammak ibnu Harb, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya. An Nuur35 Yaitu pohon zaitun yang ada di padang sahara dalam keadaan tidak tertutupi oleh naungan pohon lainnya, tidak tertutupi oleh gunung, tidak pula berada di dalam gua. Pendek kata, pohon itu tidak tertutupi oleh sesuatu pun. Maka pohon sejenis ini menghasilkan minyak yang paling ibnu Sa'id Al-Qattan telah meriwayatkan dari Imran ibnu Jarir, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya. An Nuur35 Yakni pohon zaitun yang tumbuh di padang sahara. Pohon seperti ini menghasilkan minyak yang Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami AbuNa'im, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Farukh, dari Habib ibnuz Zubair, dari Ikrimah, bahwa ia pernah ditanya oleh seseorang tentang makna firman-Nya yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya. An Nuur35 Ikrimah menjawab bahwa pohon tersebut adalah pohon zaitun yang ada di padang sahara, apabila mentari terbit, sinarnya langsung menerpanya, dan apabila tenggelam, terkena pula sinarnya sebelum tenggelam. Maka pohon zaitun ini menghasilkan minyak yang paling telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya. An Nuur35 Maksudnya, tidak terletak di sebelah timur yang akibatnya tidak terkena sinar mentari di saat tenggelamnya, tidak pula terletak di sebelah barat yang akibatnya tidak terkena sinar mentari di saat terbitnya. Tetapi pohon ini terletak di antara arah timur dan arah barat, karenanya ia selalu terkena sinar mentari, baik di pagi hari maupun di petang hari saat matahari akan ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah barat nya, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi. An Nuur35 Yakni minyak yang terbaik. Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa apabila mentari terbit, maka sinarnya langsung mengenai pohon itu dari arah timur, dan apabila mentari akan tenggelam, maka sinarnya mengenainya pula. Sinar mentari selalu mengenainya, baik di pagi hari maupun di petang hari. Yang demikian itu berarti pohon ini terletak bukan di sebelah timur, bukan pula di sebelah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya. An Nuur35 Yaitu bukan terletak di sebelah timur sekali, bukan pula terletak di sebelah barat sekali, tetapi ia terletak di puncak bukit atau di tengah padang sahara yang selalu terkena sinar mentari sepanjang harinya. Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud oleh firman-Nya yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya. An Nuur35 Bahwa pohon itu berada di tengah-tengah pepohonan lainnya sehingga ia tidak tampak dari sebelah timur, tidak pula dari sebelah Ja'far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b sehubungan dengan makna firman-Nya yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah barat nya. An Nuur35 Pohon tersebut hijau lagi lembut karena tidak terkena sinar mentari sama sekali, baik di saat mentari terbit maupun di saat tenggelam. Demikian pula keadaan orang mukmin yang sesungguhnya, ia terlindungi dari fitnah apa pun, dan adakalanya ia diuji oleh fitnah, tetapi Allah meneguhkan hatinya sehingga tidak tergoda. Dia adalah seorang mukmin yang memiliki empat perangai, yaitu, Apabila bicara, benar. Apabila memutuskan hukum, adil. Apabila dicoba, sabar. Dan apabila diberi, bersyukur. Perihal dia di antara umat manusia lainnya sama dengan seorang lelaki hidup yang berjalan di antara orang-orang yang Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Musaddad yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id Ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman-Nya yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya. An Nuur35 Bahwa pohon ini tidak terkena sinar mentari, baik dari arah timur maupun dari arah barat, karena ia terletak di tengah-tengah pepohonan Al-Aufi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya. An Nuur35 Yakni pohon zaitun yang berada di suatu tempat, yang bayangan buahnya terlihat pada dedaunannya. Jenis pohon ini tidak terkena sinar mentari di saat terbit dan Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman Ad-Dusytuki, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abu Qais, dari Ata, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya. An Nuur35 Yakni bukan di sebelah timur yang dekat dengan sebelah barat, bukan pula di sebelah barat yang dekat dengan sebelah timur, tetapi ia terletak di antara ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya. An Nuur35 Maksudnya, pohon yang tumbuh di daerah ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya. An Nuur35 Yakni tumbuh di negeri Syam. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa seandainya pohon ini ada di bumi, tentulah ia terletak di sebelah timur atau di sebelah baratnya, tetapi hal ini merupakan perumpamaan yang di buat oleh Allah untuk menggambarkan tentang telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya. An Nuur35 Yakni laki-laki yang saleh. yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur sesuatu dan tidak pula di sebelah baratnya. An Nuur35 Yaitu bukan orang Yahudi, bukan pula orang Nasrani. Pendapat yang paling utama di antara semua pendapat yang ada adalah pendapat yang pertama. Yakni pendapat yang mengatakan bahwa pohon zaitun tersebut tumbuh di tempat yang luas dan kelihatan menonjol, selalu terkena sinar mentari sejak pagi sampai petang. Yang demikian itu akan menghasilkan minyak yang paling jernih dan paling lembut, seperti yang dikatakan oleh banyak orang dari kalangan orang-orang terdahulu. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nyayang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. An Nuur35Menurut Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, makna yang dimaksud ialah minyak itu seakan-akan menyala karena jernih dan cemerlangnya. Firman Allah Swt.Cahaya di atas cahaya berlapis-lapis. An Nuur35Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah menggambarkan tentang iman seorang hamba dan amalnya. Mujahid mengatakan —demikian juga As-Saddi— bahwa makna yang dimaksud ialah cahaya api dan cahaya minyak ibnu Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya Cahaya di atas cahaya berlapis-lapis. An Nuur35 Orang mukmin bergelimang di dalam lima nur cahaya, ucapannya adalah cahaya, amal perbuatannya adalah cahaya, tempat masuknya adalah cahaya, tempat keluarnya adalah cahaya, dan tempat kembalinya ialah ke dalam surga kelak di hari kiamat dengan diterangi oleh ibnu Atiyyah telah mengatakan bahwa Ibnu Abbas datang kepada Ka'bul Ahbar, lalu berkata, "Ceritakanlah kepadaku tentang makna firman-Nya 'Yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.' An Nuur35" Ka'bul Ahbar mengatakan bahwa hampir-hampir Muhammad Saw. jelas di mata orang-orang, sekalipun dia tidak mengucapkan bahwa dirinya seorang nabi, sebagaimana minyak itu hampir-hampir menerangi sekalipun tidak disentuh api.As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya Cahaya di atas cahaya berlapis-lapis. An Nuur35 Yakni cahaya api dan cahaya minyak, saat bertemu kedua-duanya menerangi, masing-masing tidak dapat menerangi tanpa yang lainnya. Demikian pula cahaya Al-Qur'an dan cahaya iman, manakala keduanya bertemu, maka masing-masing dari keduanya tidak akan ada kecuali dengan keberadaan yang lainnya. Firman Allah Swt.Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki. An Nuur35Yakni Allah membimbing ke jalan petunjuk siapa yang Dia pilih, seperti yang disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad Al-Fazzari, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Rabi'ah ibnu Yazid, dari Abdullah Ad-Dailami, dari Abdullah ibnu Amr, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda Sesungguhnya Allah Swt. menciptakan makhluk-Nya dalam kegelapan, kemudian melemparkan kepada mereka sebagian dari cahaya-Nya pada hari itu. Maka barang siapa yang terkena sebagian dari cahaya-Nya, tentulah ia mendapat petunjuk, dan barang siapa yang luput dari cahaya-Nya, sesatlah dia. Untuk itulah saya ucapkan, "Keringlah pena dalam mencatat ilmu Allah Swt."Menurut jalur lain yang bersumber dari Abdullah ibnu Amr, Al-Bazzar telah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Suwaid, dari Yahya ibnu Abu Amr Asy-Syaibani, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Amr, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabdaSesungguhnya Allah menciptakan makhluk-Nya dalam kegelapan, lalu melemparkan kepada mereka suatu cahaya dari cahaya-Nya. Maka barang siapa yang terkena cahaya itu, ia mendapat petunjuk, dan barang siapa yang luput darinya, maka sesatlah Allah Swt.dan Allah memperbuat perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. An Nuur35Setelah menuturkan hal tersebut sebagai perumpamaan bagi cahaya petunjuk-Nya di dalam kalbu orang mukmin, maka Allah Swt. menutup ayat ini dengan firman-Nya dan Allah memperbuat perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. An Nuur35 Yakni Dia Maha Mengetahui tentang siapa yang berhak mendapat petunjuk dan siapa yang berhak mendapat kesesatan. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Lais, dari Amr ibnu Murrah, dari Abul Buhturi, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda Kalbu itu ada empat macam, yaitu kalbu yang bersih, di dalamnya terdapat sesuatu seperti pelita yang berkilauan, kalbu yang terkunci, dalam keadaan tertutup rapat oleh pelapisnya, kalbu yang terbalik, dan kalbu yang terlapisi. Adapun kalbu yang bersih ia adalah kalbu orang mukmin yang di dalamnya terdapat lentera yang meneranginya. Adapun kalbu yang terkunci, maka ia adalah kalbu orang kafir. Adapun kalbu yang terbalik, ia adalah kalbu orang munafik, ia mengetahui kebenaran, kemudian mengingkarinya. Adapun kalbu yang terlapisi, maka ia adalah kalbu yang mengandung iman dan kemunafikan. Perumpamaan iman di dalam kalbu sama dengan sayuran yang disirami dengan air bersih, dan perumpamaan nifak sifat munafik di dalam kalbu sama dengan luka yang disuplai oleh darah dan nanah, maka mana pun di antara keduanya mengalahkan yang lain, berarti dialah yang hadis berpredikat jayyid, tetapi mereka ashabus sunan tidak adalah sumber segala cahaya di langit dan di bumi. Dialah yang menerangi keduanya dengan cahaya yang bersifat materiil yang dapat kita lihat dan berjalan di bawah cahayanya. Cahayanya juga ada yang bersifat maknawi seperti cahaya kebenaran, keadilan, pengetahuan, keutamaan, petunjuk dan keimanan. Dia juga menerangi langit dan bumi dengan bukti-bukti yang terkandung di dalam alam raya ini dan segala sesuatu yang menunjukkan wujud Allah serta mengajak untuk beriman kepada-Nya. Kejelasan cahaya-Nya yang agung dan bukti-buktinya yang mengagumkan adalah seperti cahaya sebuah lampu yang sangat terang. Lampu itu diletakkan di sebuah celah dinding rumah yang dapat membantu mengumpulkan cahaya dan memantulkannya. Lampu itu berada dalam kaca yang bening dan bersinar seperti matahari, mengkilap seperti mutiara. Bahan bakar lampu itu diambil dari minyak pohon yang banyak berkahnya, berada di tempat dan tanah yang baik, yaitu pohon zaitun. Pohon itu ditanam di tengah-tengah antara timur dan barat yang membuatnya selalu mendapat sinar matahari sepanjang hari, pagi dan sore. Pohon itu bahkan berada di puncak gunung atau di tanah kosong yang yang mendapatkan sinar matahari dalam sehari penuh. Karena teramat jernih, minyak pohon itu seakan hampir menyala, meskipun lampu tersebut tidak disentuh api. Semua faktor tersebut menambah sinar dan cahaya lampu menjadi berlipat ganda. Demikianlah bukti-bukti materi dan maknawi yang terpancar di alam raya ini menjadi tanda-tanda yang jelas yang menghapus keraguan akan wujud Allah dan kewajiban beriman kepada-Nya serta risalah-risalah-Nya. Melalui itu semua, Allah merestui siapa saja yang dikehendaki untuk beriman jika dia mau menggunakan cahaya akalnya. Allah memaparkan contoh-contoh yang bersifat materiil agar persoalan-persoalan yang bersifat rasionil mudah ditangkap. Allah Swt. Mahaluas pengetahuan-Nya. Dia mengetahui siapa saja yang memperhatikan ayat-ayat-Nya dan siapa yang enggan dan sombong. Dia akan memberi balasan kepada mereka atas itu semua.
AlQur'an Surat An-Nur Ayat 21-40 - Surat An Nuur terdiri atas 64 ayat, dan termasuk golongan surat-surat Madaniyah. Dinamai An Nuur yang berarti Cahaya, diambil dari kata An Nuur yang terdapat pada ayat ke 35. Dalam ayat ini, Allah s.w.t. menjelaskan tentang
Allah yang menerangi langit dan bumi. Bandingan nur hidayah petunjuk Allah Kitab Suci Al-Quran adalah sebagai sebuah "misykaat" yang berisi sebuah lampu; lampu itu dalam geluk kaca qandil, geluk kaca itu pula jernih terang laksana bintang yang bersinar cemerlang; lampu itu dinyalakan dengan minyak dari pokok yang banyak manfaatnya, iaitu pokok zaitun yang bukan sahaja disinari matahari semasa naiknya dan bukan sahaja semasa turunnya tetapi ia sentiasa terdedah kepada matahari; hampir-hampir minyaknya itu - dengan sendirinya - memancarkan cahaya bersinar kerana jernihnya walaupun ia tidak disentuh api; sinaran nur hidayah yang demikian bandingannya adalah sinaran yang berganda-ganda cahaya berlapis cahaya. Allah memimpin sesiapa yang dikehendakiNya menurut undang-undang dan peraturanNya kepada nur hidayahNya itu; dan Allah mengemukakan berbagai-bagai misal perbandingan untuk umat manusia; dan Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu. An-Nuur 2435 Nur hidayah petunjuk Allah itu bersinar dengan nyatanya terutama sekali di rumah-rumah ibadat yang diperintahkan oleh Allah supaya dimuliakan keadaannya dan disebut serta diperingat nama Allah padanya; di situ juga dikerjakan ibadat mensuci dan memuji Allah pada waktu pagi dan petang. An-Nuur 2436 Ibadat itu dikerjakan oleh orang-orang yang kuat imannya yang tidak dilalaikan oleh perniagaan atau berjual-beli daripada menyebut serta mengingati Allah, dan mendirikan sembahyang serta memberi zakat; mereka takutkan hari kiamat yang padanya berbalik-balik hati dan pandangan. An-Nuur 2437 Mereka mengerjakan semuanya itu supaya Allah membalas mereka dengan sebaik-baik balasan bagi apa yang mereka kerjakan, dan menambahi mereka lagi dari limpah kurniaNya; dan sememangnya Allah memberi rezeki kepada sesiapa yang dikehendakiNya dengan tidak terhitung. An-Nuur 2438 Hakikat CahayaKejelasan, penafsiran dan pengertian ayat misykat memberi bantuan yang amat besar dalam memahami persoalan hati dan perjalanan ayat pertama, komposisi atau komponen manusia diumpamakan dengan lubang yang tidak tembus dengan pelita dan kaca. Misykat adalah suatu lubang di dinding yang tidak tembus ke sebelahnya. Pelita sama dengan lampu, dan kaca adalah dinding yang menghimpun dan melingkupi pelita yang ketiga-tiga komponen ini adalah perumpamaan dari manusia yang beriman yang padanya ada jasadnya, hatinya dan cahaya yang ada di dalam hati. Jasad diumpamakan dengan misykat, hati diumpamakan dengan kaca dan cahaya diumpamakan dengan pelita yang ada dalam kaca.“Allah cahaya langit dan bumi”Bermaksud; Dia adalah pemberi petunjuk cahaya kepada langit dan bumi; di mana tiada petunjuk di langit dan di bumi tanpa cahaya-Nya. Selanjutnya Allah mengumpamakan petunjuk-Nya sebahagian petunjuk bagi orang mukmin. Hidayah ditamsilkan dengan perumpamaan-perumpamaan, kebesaran dan kemuliaan hidayah-Nya menjadi misykat adalah jasad orang mukmin yang melingkupi hatinya, kaca ialah hati orang mukmin yang melingkupi cahaya hati yang merupakan petunjuk dari penunjuk bagi orang mukmin itu sendiri, sehingga dia mampu melihat hakikat segala sesuatu yang berjalan di atas hidayah dari Tuhannya dengan cahaya tersebut. Ini adalah Tahap Pertama dalam perumpamaan kedua ialah kaca yang melingkupi pelita atau hati yang melingkupi cahaya dan kebenderangan cahaya yang sangat cemerlang diumpamakan dengan bintang yang menerangi, di mana bintang itu diserupakan dengan mutiara kerana sangat cemerlangnya cahaya bintang perhatikan di sini, perbincangan tentang kaca dan semua pelitanya atau tentang hati dan cahayanya, seluruhnya diumpamakan dengan bintang yang mutiara al-Kaukub ad-Durriy sehingga pelita itu mampu bersinar. Demikian pula kacanya, ia bersinar kerana cemerlang dan putih Tahap Ketiga ialah pelita ada dalam kaca, dari mana dan dengan apa kaca itu dinyalakan? Dari mana cahaya itu didapati? Bagaimana kecahayaan nuraniyah mampu berlangsung? Dengan ungkapan lain, cahaya itu ada di dalam hati, dari mana hati itu memperoleh nuraniah? Bentuk pertolongan bagaimana yang yang diberikan kepada hati atau yang diperolehinya hingga ia bernuraniah? Apa yang menimbulkan cahaya rohani tersebut?Allah SWT berfirman yang dinyalakan, maksudnya yang dinyalakan adalah pelita yang ada dalam kaca atau cahaya yang ada dalam hati orang mukmin dinyalakan, “dengan minyak yang dari pohon yang banyak berkatnya atau yang banyak manfaatnya. Iaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah baratnya”. Sedangkan Zaitun ialah syariat Ibnu Kasir, kejernihan, sinar atau nuraniah yang ada dalam diri seorang mukmin diumpamakan seperti dinding kaca yang jernih lagi murni seperti permata, sedangkan al-Qurán dan syariát diumpamakan seperti minyak jernih, baik, bercahaya dan seimbang tanpa ada sedikit pun terhadap keempat pohon yang penuh berkah merupakan sumber dari cahaya hati, adalah syariat Allah yang penuh manfaat, yang merupakan sumbe dari cahaya kalbu. Dari situlah kalbu mengambil cahaya. Berapa kadar besar minyaknya? Allah befirman“Yang minyaknya sahaja hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api”Minyak itu dinyatakan jernih dan bercahaya, kata an-Nasafi kerana kilaunya hampir-hampir bersinar tanpa ada api atau tanpa dinyalakan api. Kadar besar nuraniah syariat yang memberi cahaya pada hati? Dan betapa besar cahaya hati yang diperoleh dari sinaran cahaya syariat?Demikianlah adanya, dan kerana itulah Allah berfirman“Cahaya di atas cahaya”Ini adalah perumpamaan tahap kelima. Cahaya yang diumpamakan kebenaran itu, kata an-Nasafi, seperti yang bersatu yang berlapis-lapis yang mana di dalamnya terjadi interaksi antara cahaya misykat, pelita dan minyak. Sehingga tidak ada satupun yang tinggal untuk memperkuat benderangnya cahaya, kerana pelita yang ada di dalam tempat yang sempit menyerupai lubang yang tidak tembus, di mana ia mampu menghimpun dan memadukan seluruh cahaya. Hal ini berbeza seandainya di tempat yang luas, maka sinar cahayanya akan tersebar dan berserakan. Sedangkan dinding kaca merupakan suatu yang paling banyak menambah penerangan, demikian juga dengan minyak dan Ibnu Kasir’As-Saddi yang pernah berkata tentang firman Allah tersebut, cahaya di atas cahaya adalah cahaya api dan cahaya minyak bila bersatu akan memancarkan sinar, dan yang satu tidak akan memancarkan cahaya yang lain. Demikian pula cahaya al-Qurán dan cahaya iman bersatu demikian, perumpamaan yang Allah buat untuk menerangkan kebebasan hidayahNya telah sempurna, dan dari penjelasan tentang perumpamaan tersebut, kita tahu bahawa penunaian syariat Allah lah yang mampu memberikan cahaya iman yang itu, berdasarkan pendapat Ibnu kasir’As-Saddi juga, cahaya api dan cahaya minyak bila bersatu padu memancarkan sinar, dan tidak akan bersinar satu di antaranya tanpa yang lain. Demikian juga cahaya al-Qurán dan cahaya iman ketika bersatu padu, dan satu di antaranya tidak akan memancarkan cahaya tanpa yang sini, kita sudah mulai memahami bahawa kewujudan kandungan al-Qurán merupakan makanan yang kekal bagi kalbu, sebab dengan al-Qurán pelita hati akan tetap menyala terang dan akan tetap memperolehi petunjuk. Bertambahnya perpaduan cahaya hati dan pancarannya bergantung kepada kadar penunaian seseoang terhadap kandungan al-Qurán dan misykat atau jasad akan memantulkan cahaya ini sehingga jalan baginya menjadi terang dan juga bagi yang lain.“Allah membimbing kepada cahaya-Nya kepada siapa yang dia kehendaki dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”Maksudnya Allah membimbing kepada cahaya syariat-Nya atau Allah memberi hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki dari ahli Iman sehingga mereka memperolehinya dan mengikuti petunjuk yang diberikan kepada berikutnya menjelaskan tentang tempat mereka yang hatinya dipenuhi cahaya dan hidayah“Di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya.”Ketika menerangkan ayat misykat lubang yang tidak tembus yang terdapat di sebahagian rumah Allah, iaitu masjid, an-Nasafi mengulas bahawa Misykat adalah jasad orang mukmin yang hatinya adalah mencintai masjid. Dapat disimpulkan bahawa titik tolak kepada pendidikan keimanan yang tinggi adalah masjid dengan cara menyucikan diri di dalam masjid pada waktu pagi dan pada waktu petang dengan melaksanakan solat di dalamnya. Ini adalah kerana mereka adalah lelaki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula dari jual beli dari mengingat Allah, dari mendirikan solat, dan dari membayar zakat. Mereka takut pada satu hari yang di hari itu hati penglihatan menjadi goncang.
2905/2021. Peran Cahaya Allah dalam Penafsiran Surah An-Nur Ayat 35. Allah swt menggambarkan diri-Nya secara langsung, salah satunya melalui Surah an-Nur ayat 35, selain itu juga pada Surah al-Ikhlas [112]: 1-4. Allah menggambarkan diri-Nya, dengan " nur " (cahaya), demikian kata Ibn 'Arabi. Dia menyifati diri-Nya dengan istilah ruh alSetiap surah dalam Alquran memiliki keistimewaan dan keutaman. Bagi setiap orang yang mau mempelajari Alquran dengan sungguh-sungguh tentu akan memperoleh keberkahan dan menemukan petunjuk-petunjuk dalam menjalani kehidupan. Di antara surah yang sangat istimewa dalam Alquran adalah surah an-Nur. Surah ini merupakan surah ke-24 dalam Alquran atau juz ke-18 dan memiliki 64 ayat. Surah an-Nur masuk pada klasifikasi surat Madaniyah karena surat ini diturunkan Allah ketika Rasulullah telah berhijrah dari Mekkah ke Yastrib atau Madinah. Pendiri Quantum Akhyar Institut, Ustaz Adi Hidayat, menjelaskan, dari penamaan surah saja, yakni an-Nur, sudah menunjukkan keistimewaan surah tersebut. Secara harfiah an-Nur berarti cahaya. Ustaz Adi Hidayat menjelaskan, nama surah an-Nur menunjukkan bahwa seluruh ayat yang terkandung dalam surah itu merupakan cahaya yang merupakan petunjuk dari Allah kepada hamba-Nya agar selamat dalam menjalani kehidupan. "Allah ingin memberikan kesan bahwa surat ini spesial, karena di seluruh suratnya, ayatnya mengandung cahaya, pedoman-pedoman yang kalau kita pelajari, kita amalkan, Allah akan memberikan cahaya dalam kehidupan kita, yang membuat kita bersinar di hadapan Allah," kata Ustaz Adi Hidayat dalam kajian daringnya. Surah an-Nur memuat banyak pedomaan syariat. Ini sekaligus karakteristik dari surah Madaniyah. Berkaitan dengan itu dalam awal surah an-Nur, yakni pada ayat satu, Allah menjelaskan bahwa surah an-Nur diturunkan menjelaskan hukum-hukum Allah bagi umat manusia. "Inilah suatu surah yang Kami turunkan dan Kami wajibkan menjalankan hukum-hukum-Nya, dan Kami turunkan di dalamnya tanda-tanda kebesaran Allah yang jelas, agar kamu ingat." Alquran surah an-Nur ayat 1. Ustaz Adi Hidayat menjelaskan dalam permulaan surah an-Nur, Allah langsung memberikan peringatan kepada hamba yang membaca surat tersebut agar fokus dengan menaruh perhatian yang sempurna agar mendapatkan cahaya atau petunjuk Allah. Dalam ayat pertama itu terdapat kata wa faradhnaha yang berarti kami wajibkan menjalankan hukum-hukum yang ada di dalamnya. Salah satu ahli tafsir dari kalangan tabiin, yakni Mujahid bin Jabar dan Qatadah menjelaskan bahwa makna dari lafaz wa faradhnaha dalam surat itu, yakni bahwa Allah dalam surat itu menerangkan perkara yang halal, haram, perintah, larangan dan batasan-batasan bagi manusia. Begitu pun keterangan Imam Bukhari yang mengatakan faradhnaha memiliki arti Allah mewajibkan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya bagi manusia baik pada masa saat ayat itu diturunkan yakni masa sahabat maupun sesudahnya hingga hari akhir. Ustaz Adi Hidayat mengatakan, dengan mematuhi apa yang dijelaskan pada ayat-ayat dalam surah an-Nur, seseorang akan memperoleh cahaya atau petunjuk dalam kehidupannya sehingga selamat. "Jadi, keistimewaan surah an-Nur ini bukan sekadar menerangkan ini halal dan haram, tetapi menerangkan dengan sejelas-jelasnya, sejernih-jernihnya sehingga tidak ada celah bagi kita untuk mengelak dari semua. Supaya lebih ingat dan dekat dengan Allah," ujar Ustaz Adi Hidayat. Pada ayat pertama itu juga terdapat kata tadzakarun tepatnya pada posisi akhir ayat pertama. Ustaz Adi Hidayat mengatakannya dengan kata tadzakarun menginformasikan dengan sangat jelas bahwa dengan membaca, memahami, dan mengamalkan apa yang telah Allah firmankan dalam surah an-Nur akan menjadi senantiasa terhubung mengingat Allah. "Dengan kata tadzakarun menunjukkan rahmat Allah, bermakna cara cepat terhubung dengan Allah. Sehingga, berada dalam pantauan rahmatnya, bersinar dalam setiap tindakan, mendapatkan cahaya-Nya," katanya. Namun, apakah setiap orang yang membaca surah an-Nur sudah pasti akan mendapatkan cahaya? Ustaz Adi Hidayat mengatakan pada ayat pertama surah an-Nur itu juga terdapat kata la'alakum yang merupakan kata untuk menunjukkan makna sesuatu yang akan diraih tak mungkin tercapai dengan kesungguhan. Karena itu, menurut dia, tidak semua orang yang mengaji atau membaca surah an-Nur mendapatkan cahaya sebagaimana dijadikan nama pada surat itu. Menurut dia, hanya orang-orang yang mau bersungguh-sungguh membaca, memahami, dan mengamalkan surah an-Nur yang akan memperoleh cahaya sehingga selamat dalam menjalankan hidup. Karena itu, kata dia, agar semua bisa diraih, terlebih dulu harus menancapkan kesungguhan dalam hati untuk menggali kandungan dalam surah an-Nur dan bersungguh-sungguh untuk mengamalkannya. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini 9bp6.